Kelola
Apr 18, 2024
Outsourcing dimanfaatkan oleh perusahaan untuk merekrut talent tanpa ada batasan jarak memungkinkan talent bisa bekerja dimana saja atau bekerja secara remote
Pandemi telah mengajarkan kepada kita bahwa kerja dari jarak jauh adalah sesuatu yang akan bertahan. Ini bukan lagi pertanyaan apakah karyawan dapat produktif dari kejauhan; melainkan, ini adalah masalah bagaimana bisnis dapat memanfaatkan fleksibilitas baru ini. Saat kekurangan tenaga kerja dan kenaikan upah membuat perusahaan semakin sulit untuk mempertahankan bakat, sebuah tren baru muncul: mengalihdayakan pekerjaan ke luar negeri.
Saya berbicara dengan lima sampai sepuluh pemimpin setiap minggu tentang kerja hibrid dan jarak jauh, dan sementara beberapa bulan yang lalu fokus eksklusif adalah pada kembali ke kantor, pembicaraan semakin bergeser ke pemotongan biaya seiring situasi ekonomi yang semakin memburuk. Memang, jumlah orang yang bekerja dari jarak jauh telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir, menurut survei LinkedIn. Dan okupansi kantor rata-rata di 10 area metro besar turun di bawah 50% setelah naik di atas angka tersebut pada bulan Januari.
The Rise of International Remote Work
Perusahaan telah menerima ide kerja jarak jauh, saat mereka menyaksikan karyawan mempertahankan atau bahkan meningkatkan produktivitas saat bekerja dari rumah selama pandemi. Sekarang, mereka mengambil langkah lebih lanjut dengan mencari tenaga kerja yang lebih murah, namun masih berbakat di luar batas negara.
Menurut artikel Wall Street Journal baru-baru ini, 7,3% manajer senior AS yang disurvei oleh Federal Reserve Bank of Atlanta mengatakan mereka memindahkan lebih banyak pekerjaan ke luar negeri sebagai hasil dari kerja jarak jauh. Nicholas Bloom, seorang ekonom di Stanford University, memperkirakan bahwa 10% hingga 20% pekerjaan dukungan layanan AS seperti pengembang perangkat lunak, profesional HR, dan administrator gaji bisa pindah ke luar negeri dalam dekade berikutnya.
Perubahan Budaya dan Proses yang Diperlukan
Mengalihdayakan pekerjaan ke luar negeri tidak sesederhana mengganti karyawan berbasis AS dengan yang internasional lebih terjangkau. Pendekatan ini memerlukan perubahan signifikan baik dalam budaya perusahaan maupun proses. Berikut adalah beberapa pertimbangan utama untuk bisnis yang ingin melakukan lompatan.
Kerja jarak jauh yang sukses bergantung pada kepercayaan. Saat mengalihdayakan pekerjaan ke luar negeri, pembangunan kepercayaan menjadi lebih penting, karena karyawan tidak lagi terikat oleh norma budaya dan perlindungan hukum yang sama. Membangun kepercayaan dimulai dengan komunikasi terbuka dan transparansi tentang ekspektasi, tujuan, dan nilai perusahaan. Sangat penting untuk menciptakan lingkungan di mana karyawan merasa nyaman menyuarakan kekhawatiran mereka dan merasa yakin bahwa masukan mereka dihargai.
Bekerja dengan karyawan internasional berarti jongler beberapa zona waktu dan berpotensi berurusan dengan hambatan bahasa. Untuk mengatasi tantangan ini, perusahaan harus memprioritaskan fleksibilitas dan merangkul komunikasi asinkron. Ini mungkin termasuk menerapkan sistem di mana karyawan dapat meninggalkan pesan atau pembaruan untuk rekan kerja di zona waktu yang berbeda untuk diakses saat nyaman. Selain itu, menawarkan dukungan atau pelatihan bahasa dapat membantu menjembatani kesenjangan komunikasi dan memastikan semua orang berada di halaman yang sama.
Kerja jarak jauh telah memaksa banyak manajer untuk menyesuaikan gaya kepemimpinan mereka. Mengelola tim yang tersebar di seluruh dunia memerlukan lebih banyak kehalusan. Ini termasuk menyadari perbedaan budaya, karena apa yang berhasil untuk karyawan berbasis di AS mungkin tidak akan resonan dengan seseorang dari latar belakang yang berbeda. Empati dan pemahaman sangat penting, begitu juga kemauan untuk menyesuaikan teknik manajemen untuk melayani kebutuhan dan preferensi individu.
Kerja jarak jauh internasional mungkin memerlukan investasi dalam teknologi dan infrastruktur baru. Ini bisa termasuk meningkatkan alat komunikasi, menerapkan langkah-langkah keamanan siber yang kuat, dan memastikan bahwa karyawan memiliki akses ke sumber daya yang mereka butuhkan untuk berhasil. Regulasi privasi data dan persyaratan kepatuhan juga dapat berbeda antar negara, jadi perusahaan harus siap untuk menavigasi kompleksitas ini.
Potensi Jatuhnya Outsourcing ke Luar Negeri - The Potential Pitfalls of Overseas Outsourcing
Meskipun mengalihdayakan pekerjaan ke luar negeri tentu dapat menghemat uang perusahaan, ada potensi jebakan untuk dipertimbangkan. Pertama, ada risiko mengasingkan karyawan lokal yang mungkin merasa terancam dengan prospek pekerjaan mereka dikirim ke luar negeri. Sangat penting untuk mengatasi kekhawatiran ini secara terbuka dan jujur, menekankan komitmen perusahaan terhadap tenaga kerja yang ada.
Selain itu, perusahaan harus siap untuk berinvestasi dalam infrastruktur dan pelatihan yang diperlukan untuk mendukung karyawan internasional mereka. Memotong sudut di area-area ini dapat menyebabkan kinerja yang buruk dan pada akhirnya merusak potensi penghematan biaya.
Bias Kognitif: Mempengaruhi Keputusan untuk Mengalihdayakan ke Luar Negeri - Cognitive Biases: Influencing the Decision to Outsource Overseas
Dalam proses pengambilan keputusan mengalihdayakan pekerjaan ke luar negeri, bias kognitif dapat memainkan peran yang signifikan, baik secara positif maupun negatif. Dengan memahami bias ini, pemimpin bisnis dapat membuat pilihan yang lebih tepat dan menghindari potensi jebakan. Mari kita jelajahi dua bias kognitif tertentu yang dapat mempengaruhi topik ini: bias status quo dan kesenjangan empati.
Bias status quo mengacu pada kecenderungan individu untuk mempertahankan keadaan saat ini, bahkan ketika perubahan mungkin menghasilkan hasil yang lebih baik. Dalam konteks mengalihdayakan pekerjaan ke luar negeri, bias ini dapat mencegah pemimpin bisnis dari melihat potensi manfaat sepenuhnya karena mereka terikat pada cara kerja tradisional. Untuk mengatasi bias ini, penting untuk secara obyektif mengevaluasi keuntungan dan kerugian dari pengalihan daya secara internasional, mempertimbangkan tidak hanya penghematan biaya tetapi juga dampak pada kualitas pekerjaan dan kepuasan karyawan.
Di sisi lain, kesenjangan empati merujuk pada kesulitan dalam memahami dan berempati dengan pengalaman orang lain, terutama mereka yang berbeda secara signifikan dari diri sendiri. Dalam kasus outsourcing internasional, kesenjangan ini dapat mempengaruhi kemampuan pemimpin untuk sepenuhnya menghargai tantangan dan kebutuhan karyawan internasional. Mengakui dan berusaha untuk menutup kesenjangan empati ini melalui komunikasi terbuka dan upaya untuk memahami perspektif yang berbeda dapat membantu membangun hubungan yang lebih kuat dan meningkatkan kolaborasi tim.
Menghadapi masa depan kerja yang semakin global
Penting bagi perusahaan untuk mempertimbangkan potensi dan tantangan outsourcing internasional dengan hati-hati. Dengan menavigasi kompleksitas budaya, teknologi, dan regulasi, serta mengatasi bias kognitif yang mungkin mempengaruhi pengambilan keputusan, bisnis dapat memanfaatkan peluang ini untuk meningkatkan efisiensi dan memperluas bakat mereka secara global.
Source: https://www.forbes.com/sites/glebtsipursky/2023/06/02/why-outsourcing-is-the-future-of-remote-work/?sh=595328123bac